SimetrisNews - Iran mempertimbangkan menutup Selat Hormuz usai diserang Israel. Jika hal itu benar-benar dilakukan Iran, harga minyak dunia diprediksi melonjak cukup drastis. Penutupan Selat Hormuz juga berpotensi memperluas perang ke kawasan lainnya.
Lantas, seberapa penting jalur laut ini dan mengapa Selat Hormuz sangat krusial bagi perdagangan global?
Dilansir dari Al Jazeera, Senin (16/6/2025) Selat Hormuz merupakan satu-satunya pintu masuk laut menuju Teluk Persia. Selat ini memisahkan Iran di satu sisi, dan Oman serta Uni Emirat Arab di sisi lainnya. Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab di kawasan Samudera Hindia.
Menurut Badan Informasi Energi Amerika Serikat (US Energy Information Administration), sekitar 20% konsumsi minyak dunia mengalir melalui selat ini. Badan tersebut menyebut Hormuz sebagai titik transit minyak paling vital di dunia.
Pada titik tersempitnya, lebar Selat Hormuz hanya sekitar 33 kilometer, dan jalur pelayaran di dalamnya bahkan lebih sempit, menjadikannya sangat rentan terhadap serangan atau ancaman penutupan.
Pada masa konflik Iran-Irak antara tahun 1980 hingga 1988, yang menewaskan ratusan ribu orang di kedua belah pihak, kedua negara pernah menyerang kapal-kapal niaga di Teluk dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Tanker.
Namun, meski situasi saat itu memanas, Selat Hormuz tidak pernah benar-benar ditutup. Dalam peristiwa yang lebih baru, yakni pada tahun 2019, empat kapal diserang di dekat selat tersebut, tepatnya di lepas pantai Fujairah, Uni Emirat Arab, di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS.
Washington menuduh Teheran sebagai pihak yang bertanggung jawab, namun Iran membantah tuduhan tersebut. Serangan terhadap jalur pelayaran kerap digunakan sebagai bentuk tekanan dalam situasi konflik.
Sejak meletusnya perang di Gaza, kelompok Houthi di Yaman juga telah melakukan serangan terhadap kapal-kapal di sekitar Selat Bab al-Mandeb, yang merupakan pintu masuk ke Laut Merah di sisi lain Semenanjung Arab.
Meski aksi Houthi berdampak pada perdagangan global, kapal-kapal masih bisa menghindari Laut Merah dengan berlayar memutar melewati Afrika atau melalui jalur yang lebih panjang, namun hal itulebih aman. Sebaliknya, tidak ada alternatif jalur laut yang memungkinkan pengiriman barang dari Teluk tanpa melewati Selat Hormuz.
Bahkan negara-negara yang tidak secara langsung mengimpor minyak dari kawasan Teluk tetap akan terdampak jika selat ini ditutup. Pasalnya, gangguan besar pada pasokan global akan menyebabkan lonjakan harga minyak per barel di pasar dunia.
Meskipun ancaman dari anggota parlemen Iran sudah dilontarkan, belum jelas apakah Iran benar-benar memiliki kemampuan atau kemauan untuk menutup Selat Hormuz. Langkah seperti itu hampir dipastikan akan memicu respons militer AS yang memiliki kekuatan angkatan laut aktif di kawasan tersebut.